Senin, 06 Maret 2017

TADASHI SUZUKI DAN DAYA HEWAN (Bagian 3)

Metode Suzuki adalah sebuah perlawanan terhadap modernisasi

(sumber foto: theatrebloggeratuni.files.wordpress.com)

Modernisasi menggelisahkan Tadashi Suzuki. Modernisasi telah melemahkan kemampuan aktor. Semenjak teater modern Jepang berusaha mengadopsi bentuk drama Eropa dan mengawinkannya secara teatrikal dengan gaya kotemporer Jepang, tidak ada ruang untuk gerakan kaki telanjang. Aktor harus memakai sepatu untuk tampil. Mereka memiliki cara berbicara “tanpa menyertakan kaki mereka.”. 

Pendapat Suzuki di atas mengingatkan saya pada Mbah Prapto (Suprapto Suryodarmo, Padepokan Lemah Putih). Satu kali, Mbah Prapto bilang, "Gus, coba kowe latiana mlaku." Guru Joged Amerta itu meminta saya berjalan dan mencoba merasakan persentuhan kedua telapak kaki dengan lantai. Sebuah latihan yang unik kala itu!

Tadashi Suzuki berjuang untuk merestorasi keseluruhan tubuh manusia dalam pemanggungan. Ia tidak begitu saja menciptakaan beragam bentuk semacam yang ada dalam Noh dan Kabuki, Suzuki mengambil nilai-nilai universal yang terkandung dalam Noh dan Kabuki dan tradisi pramodern lain. Dengan Pengembangan nilai-nilai terebut, Suzuki menciptakan sebuah kesempatan untuk menggabungkan kembali kemampuan tubuh yang telah terpotong-potong dan menghidupkan kembali kapasitas persepsi dan ekspresi tubuh.

Metode Suzuki adalah sebuah perlawanan terhadap modernisasi yang melemahkan kemampuan aktor. Ini bukan perlawanan biasa yang sekedar melawan hegemoni kekuatan artistik secara global. Metode Suzuki adalah bagian dari respon terhadap apa yang secara keseluruhan terjadi. Ketika modernisasi segala bidang telah menggerus nilai-nilai murni kemanusiaan bahkan menghinggapi dunia panggung, Susuki langsung berpaling pada  tradisi ia langsung cancut taliwandha!

Suzuki ingin membawa manusia (aktor) pulang ke peradaban sejati. Apalagi modernisasi telah punya dan menciptakan sendiri tentang makna peradaban. Ia ingin mendekatkan lebih erat lagi antara manusia (aktor) dengan bumi (panggung). Karena mereka seharusnya tidak terpisah, intim, saling memahami, saling menyalurkan kekuatan dan daya kewan menjadi pilihan.

Catatan: tiga bagian tulisan tentang Metode Suzuki ini bahannya dari buku “Culture is the Body” by Tadashi Suzuki. Buku itu adalah oleh-oleh berharga dari Mas Dipoyono saat berkunjung ke Jepang.

Tidak ada komentar:

Fungsi Teater bagi Kehidupan Manusia

Theatre company YesYesNoNo is committed to live-streaming its show The Accident Did Not Take Place in the near future Teater membantu kita m...