Kamis, 13 Juli 2017

CHARLIE CHAPLIN, MR. BEAN DAN PANTOMIM

source: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/10/Chaplin_Karno_advert.jpg/220px-Chaplin_Karno_advert.jpg
Fred Karno adalah nama panggung. Nama “Karno” di sini bukan nama Jawa dan saya tidak punya catatan gimana nama itu dipakai. Nama asli Fred Karno adalah Frederick John Westcott, kelahiran Inggris, 26 Maret 1866. Dia adalah komedi slapstick yang popular pada jamannya. Dia kondang dengan ciri dagelan “ndublag roti (pai) pada lawan main”. Pada tahun 1890an, Karno membuat pertunjukan komedi sketsa tanpa dialog. Itu semua demi menghindari sensor panggung (cukup menarik bahwa waktu ada badan sensor pertunjukan panggung). Karno ini masuk sebagai tokoh dalam sejarah film komedi bisu. Bahkan orang Hollywood menyebutnya sebagai pelopor film komedi bisu. Sutradara Hal Roach menyebut bahwa Karno ini adalah orang yang melahirkan bentuk komedi slapstick. Selain itu, kebesaran Charlie Chaplin juga tidak bisa lepas dari peran Karno.  
Charlie Chaplin bergabung dengan kelompok pantomime milik Karno ini pada tahun 1908.  Aktor kelahiran London, 16 April 1889 ini menjadi salah satu bintang dalam lakon sketsa komedi dalam lakon A Night in an English Music Hall. Bareng dengan rombongan Karno inilah ia merasakan ngidak lemah Amerika Serikat pertama kalinya. Di negeri Paman Sam ini, Chaplin memulai karir di film dengan kontrak pertama sebesar $150 per minggu (kira-kira rong juta rupiah).
Orang Hollywood bisa menyebut Karno membidani komedi slapstick comedy, tetapi bekas cantriknya si Chaplin mendapat julukan master of slapstick comedy. Karno sempat juga sempat ngicipi dunia film di Amerika, tetapi  tahun 1936, ia memilih pulang kampung dan berteater kembali di Inggris. Sedangkan, Chaplin bablas mereguk nikmat dunia film di Amerika. Ia lebih memilih film ketimbang panggung. Dilalah industri film Amerika sedang giat-giatnya bikin banyak produksi. Chaplin menemukan “panggung” barunya, yaitu film.
source: https://media1.britannica.com/eb-media/76/133576-004-E4A6615A.jpg
Setelah Chaplin, belakangan muncul Rowan Atkinson. Komedian asal Inggris ini kondang lewat karakter uniknya, yaitu Mr. Bean. Sebelumnya, Rowan adalah pengasuh sebuah acara radio yang seratus persen menggunakan cangkem dan swara! (bisa dibayangkan bagaimana sekarang, ia total tidak nyangkem dan hanya ngobahake awak).
Gaya dagelan dua komedian asal Inggris ini mampu menjangkau publik yang luas. Selain karena dukungan tehnologi media (televisi dan film), mereka menggunakan bahasa yang universal: tubuh. Bahasa yang mereka gunakan melintasi batas pengguna bahasa apapun.  Chaplin dan Rowan mempengaruhi industri hiburan di manapun, bahkan bagi pertunjukan yang “non-industri’ seperti pantomim. 

Tidak ada komentar:

Fungsi Teater bagi Kehidupan Manusia

Theatre company YesYesNoNo is committed to live-streaming its show The Accident Did Not Take Place in the near future Teater membantu kita m...