Senin, 30 November 2015

GELISAH TUBUH PENARI PADA HARI TARI DUNIA 2014

Apa yang pernah menjadi cita-cita dari gagasan pelaksanaan Hari Tari Dunia semakin terwujud. ISI Surakarta sebagai lembaga yang mengawali perhelatan penting di dunia tari ini berharap HTD menjadi acara besar dunia tari di Indonesia. Semuanya itu semakin menampakkan hasilnya ke arah itu. Banyak kelompok maupun perorangan yang bergelut di bidang seni tari terlibat di HTD. Mereka datang dari berbagai penjuru kota di Indonesia maupun luar negeri. Bahkan tokoh-tokoh tari Indonesia turut ambil bagian dalam suka cita HTD.
Performance by Japanese Dancer - YE-collections
Hal ini tentu menggembirakan karena sebagaimana HTD pada awalnya diluncurkan pada tahun 1982 oleh Komite Tari Internasional, sebuah LSM yang bermitra dengan UNESCO bertujuan untuk menggairahkan seni tari di seluruh dunia. Secara umum pesan HTD setiap tahun adalah merayakan tari dan bergembira bersama dalam bentuk seni yang universal ini. Itu juga yang menginspirasi penyelenggara HTD 2014 di Kota Solo dengan menghadirkan beragam tontonan tari bagi masyarakat Kota Surakarta di berbagai macam panggung. Kesuksesan acara yang dimulai sejak 2007 ini luar biasa tidak lepas dari peran Pemerintah Kota Surakarta dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud). Pemkot melihat HTD sebagai sebuah acara yang memiliki potensi untuk menggairahkan industri pariwisata Kota Surakarta.
Meskipun tanggapan pemerintah masih (selalu) melihat kesenian identik dengan pariwisata itu menjadi masalah. Paling tidak situasi demikianlah yang baru bisa dicapai oleh ISI Surakarta dalam membangun kesepahaman perihal kesenian (tari). Bagaimanapun ruang-ruang non-turistik juga masih mampu tersaji di HTD yang menginjak tahun ke-8 ini. Acara dan kegiatan yang menampilkan gagasan tari dan berbau akademis juga mampu dihadirkan panitia penyelenggara. Kehadiran para maestro tari tanah air menjadi contoh kegiatan yang dimaksud itu. Mereka memaparkan beragam esensi tari sesuai bidang dan asal mereka. Ini semacam acara tirakatan dalam kegiatan tujuhbelalasan di kampung-kampung yang menghadirkan “senior citizen” untuk berkisah. Porsinya kecil dibandingkan dengan keseluruhan acara dengan rundown yang panjang. Tetapi itulah tari di mana tubuh adalah wilayah yang berisi rangkaian kehendak dan hasrat untuk selalu bergerak. Sebegaimana pernyataan Jean-Goerges Noverre yang memperbandingkan tari dengan seni lain. Tokoh tari asal Perancis abad ke-17 yang hari kelahirannya diperingati sebagai HTD itu mengungkapkan bahwa   tari mampu mereproduksi beragam momen secara ekspresif di atas panggung yang oleh lukisan hanya bisa ditangkap sekali secara instan. Demikian juga tari berbeda dengan pantomim. Karena pantomim adalah penyampaian gagasan dengan ekspresi tanpa kehadiran kata-kata. Sedangkan tari adalah penyatuan berbagai aksi seperti, gesture, gerak, dan perilaku yang mengekspresikan sesuatu yang tidak bisa disampaikan dengan kata-kata. Hal ini tentu bersambung dengan (sebenarnya) dengan tema HTD 2014 di Kota Solo, yaitu “Suara Tubuh Membuka Hati”  atau Dancing Loud Out (mengingatkan pada judul video musik-tari berjudul Stomp Loud Out produksi HBO 1997)
Penyelenggara HTD 2014 memaknai “Suara Tubuh Membuka Hati” sebagai kegiatan seni yang bertujuan menyadarkan bahwa tari semestinya mampu berbicara mewakili dunianya dalam konteks kehidupan yang beragam. Artinya posisi tari sebagai salah satu aspek budaya, secara substansial harus mampu menyuarakan dan mempunyai posisi tawar yang penting dan efektif dalam aktivitas dialog global, tanpa meninggalkan nilai-nilai yang merefleksikan identitas.  Tema tersebut masih berkesan menyatakan keinginan tari untuk lebih berdaya dalam berbicara atau menyuarakan keberadaan tari itu sendiri. Belum berupaya menjadi medium untuk mencapai nilai kemanusiaan seperti yang digagas oleh Suprapto Suryo Dharmo menjelang HTD 2014. Padahal hal tersebut mestinya menjadi sebuah keniscayaan apabila dikaitkan dengan dikaitkkan dengan  keyakinan Noverre bahwa tari memiliki bahasa universal. Sekitar 200 tahun lalu, tokoh tari balet modern itu menegaskan bahwa gestur memiliki nilai sebagai bahasa universal di mana dapat dipahami oleh semua orang karena ini adalah bahasa perasaan. Tari memiliki kemampuan komunikasi yang luar biasa. Oleh karena itu, kegelisahan dalam tema HTD 2014 itu menjadi menggelisahkan untuk dipertanyakan. Apakah tari telah kehilangan bahasa universal itu?
Karya Tari Djarot B.D. di Candi Sukuh-YE Collections

Bagaimanapun, jika setiap acara di Kota Solo (termasuk HTD) hanya dimaknai sebatas sebagai even belaka, maka semua itu sia-sia. Sebuah acara hanya menyisakan kisah-kisah klise semacam tumpukan sampah ada di mana-mana seusai sebuah perhelatan. Atau wajah-wajah gembira pendukung acara dan penonton pertunjukan yang bertebaran di media sosial. Sementara apa yang disampaikan para maestro tari dalam salah satu sesi acara HTD 2014 terlupakan dan meninggalkan jejak dan dampak sosial yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Karena siapa tahu HTD hanya menjadi ruang untuk masing-masing sibuk dengan tubuh sendiri.
24 Jam Menari adalah salah satu menu unggulan dalam HTD 2014. Sejak mula HTD selalu saja hadir tokoh-tokoh tari terkemuda di menu andalan ini. Daya tahan tubuh dan rasa menjadi perlu dalam kegiatan ini. Acara ini mungkin tidak kalah penting dengan acara dialog dengan para maestro tari. Ada kewibawaan dan kehormatan dalam acara itu. Ini semacam selebrasi penari secara gerak-spiritual untuk merayakan tubuh di HTD. Tapi seperti pendapat Mbah Prapto tentang perlunya kajian bagi penyelenggaraan HTD, maka 24 Jam Menari perlu dilihat kembali. Bagaimana agar mata acara ini bukan hadir berkesan seperti kegiatan daya tahan secara fisik belaka. Meskipun ini mungkin sebenarnya biasa saja bagi penari sebagaimana pernyataan Mourad Merzouki. Seniman tari asal Lyon, Perancis itu menyatakan bahwa saya hidup dan bernafas dengan tarian sebagai sebuah kehormatan. Tetapi ada yang menarik dari lanjutan pernyataan Mourad, yaitu ia memiliki keprihatinan dengan menyandang kehormatan itu. Ia menyaksikan banyak anak muda dari kalangan menengah ke bawah yang tidak beruntung, tumbuh dalam tekanan dan keputusasaan untuk membayangkan masa depannya. Dalam situasi ini, penulis pesan Hari Tari Dunia 2014 ini merasa tergerak untuk menolong mereka memberi semangat hidup. Akhirnya jagoan hip-hop kelahiran 1973 itu mengajak ‘never stop dancing’ alias pokoke joget! Selamat Hari Tari Dunia bagi yang merayakannya.
*****

Fungsi Teater bagi Kehidupan Manusia

Theatre company YesYesNoNo is committed to live-streaming its show The Accident Did Not Take Place in the near future Teater membantu kita m...