Senin, 19 Juni 2017

STILISASI DALAM SENI TEATER

Source: https://archive.org/stream/theatrearts01newyuoft#page/n59/mode/2up

Istilah “stilisasi” sering ditemukan dalam buku-buku dan berbagai esai tentang teater, tetapi belum ada definisi pasti untuk menentukan makna kata itu. Alasannya mungkin adalah masalah stilisasi selalu berhubungan dengan visi dan wilayah kreatif individu si seniman.
Stilisasi dalam teater bisa disamakan dengan “style” dalam karya sastra, atau “interpretasi” dalam musik. Ini adalah ciri pribadi yang unik dan khusus dari seorang sutradara dalam memprduksi sebuah lakon yang berbeda dengan cara sutradara lain.
Ketika istilah stilisasi digunakan di AS, maka istilah tersebut biasanya sebatas pada penggambaran setting. Ini menjadi sebuah pembatasan kata yang tidak beralasan dan tidak menguntungkan. Stilisasi seyogyanya menyatakan sebuah kesatuan, keseluruhan mood atau nada yang direngkuh, yang berjalan melalui setiap bagian tahapan kerja sutradara. Stilisasi mengikat lakon, acting, pemanggungan dalam satu atmosfer, dan menghadirkan sebuah kesan. dari pengertian stilisasi semacam ini muncul perbedaan kualitas dari sudut pandang produksi teater, yaitu teater komersial kebanyakan atau produksi amatir. Hal itu juga menjadi ukuran visi artistik di mana produser memaknai sebuah lakon secara mendalam dan mereflesikan melalui acting, lighting dan setting.
Sayang sekali kualitas sebuah lakon yang distilisasi sekadang berlalu begitu bersama usainya pertunjukan. Kecuali lensa kamera bisa mengabadikan beberapa bagian seperti bentuk setting atau permainan kelompok. Sebuah contoh bagus dari stilisasi ini terdapat pada illustrasi yang ditampilkan pada di halaman ini. Gambar ini indah dan unik karena ini menunjukkan bagaimana seorang sutradara mengambil mood kemegahan sekaligus kesederhanaan dari lakon Macbeth karya Shakespeare.  

(Dicuplik dari artikel di Theater Arts Magazine, Volume 1 Nomor, tanaggal  2 Februari 1917)

Senin, 05 Juni 2017

TENTANG PERTUNJUKAN DRAMA MONOLOG (2)

foto: https://static1.squarespace.com/static/52797371e4b0f7d3b5b349c7/533d73aee4b056226a54013c/533d73d0e4b056226a54015c/1430291220900/HAMLET-amonoologue-021.jpg
Monolog adalah penyampaian kata-kata atau kalimat yang panjang (boleh juga disebut pidato)  yang disampaikan oleh satu tokoh kepada tokoh lain atau penonton dalam suatu naskah. Nah, kalau soliloqi adalah sebuah omongan panjang yang disampaikan oleh seorang tokoh kepada diri sendiri.

Monolog memiliki tujuan untuk didengarkan oleh lawan bicara namun soliloqi tidak demikian dengan. Soliloqi juga bisa disebut sebagai sebuah bentuk monolog. Monolog bisa muncul Pada sebuah lakon drama dan kalimat-kalimat sebagaimana berasal dari naskah ditujukaan  bagi sejumlah penonton atau tokoh lain. Dan sekali lagi, soliloqi tidak memiliki maksud untuk didengaar oleh tokoh lain. Dalam hal ini memang ada perbedaan tipis antara monolog dan soliloqi. Sementara pertunjukan monolog bisa hadir dalam beberapa bentuk sebagaimana dalam tulisan Tentang Monolog (1).

Istilah monolog dari bahasa Yunani monos (tunggal) dan legein (berbicara) adalah sebuah pidato yang disampaikaan oleh seseorang pada sejumlah audiens (hadirin atau penonton). Istilah soliloqi dari bahasa Latin solus (sendiri) dan loqui (berbicara) adalah pidato yang seseorang sampaikan pada diri sendiri..

Sumber: http://www.differencebtw.com/difference-between-monologue-and-soliloquy/

Fungsi Teater bagi Kehidupan Manusia

Theatre company YesYesNoNo is committed to live-streaming its show The Accident Did Not Take Place in the near future Teater membantu kita m...