Rabu, 14 Maret 2018

TEATER DAN TEHNOLOGI BEREBUT RUANG DI ERA DIGITAL

sumber: https://pixabay.com/en/artificial-intelligence-robot-ai-ki-2167835/

"Manusia menciptakan dan mengalami sebuah cerita bersama-sama di sebuah ruangan. Hal seperti itu tidak akan hilang," kata Bill Rauch. Pendapat Direktur Artistik Oregon Shakespeare Festival itu disampaikan dalam sebuah tulisan berjudul The Future of Theater In a digital era, is the play still the thing? Oleh Craig Lambert di Majalah Harvard edisi Januari-Februari 2012. “Bahkan dalam beberapa sisi masih ada kehausan akan hal itu,” lanjutnya.

Teater Menggeliat Gelisah
Tulisan Craig Lambert itu memang ungkapan kegelisahan pegiat teater (terutama di AS) menghadapi gelombang besar kemajuan tehnologi informasi saat ini. Pertunjukan hidup teater sedang menghadapi tantangan dengan “dunia hiburan yang berada di genggaman.” Mereka yang gandrung pada hiburan semacam itu adalah terutama generasi muda. Hal ini membuat para pegiat teater merenung soal regenerasi pegiat teater.

Tina Packer setuju dengan semangat Rauch di atas. Pendiri Shakespeare & Company ini dengan yakin berkata, “hanya melalui orang-orang yang berkumpul bersama – sebagaimana yang dilakukan dalam teater, anda benar-benar dapat merasakan kemanusiaan. Ada perasaan mendalam dan hadir, perasaan kolektif," ungkapnya lagi, "anda tidak bisa merasakan hal semacam itu di Facebook, televisi. Anda juga tidak mendapatkan kebenaran pada beragam platform itu.”

Perbaharui Analisa
Pertunjukan “hidup” teater memang tak tergantikan. Ruang teater menjadi ruang interaksi, baik antar pemain maupun pemain dan penonton. Bahkan dialog khyusuk masing-masing individu di sana. Sehingga ketika tehnolohi informasi hadir dengan jumawa melalui berbagai perangkatnya, “keheningan” itu pecah. Hal itu sekadang memancing pegiat teater dengan enteng menimpakan kesalahan pada perangkat tehnologi informasi.

“Ada sebuah sindrom pada profesi kita. Kita menyalahkan penonton, khususnya anak-anak muda,” ucap Diane Paulus, direktur artistik American Repertory Theater. “Mereka tidak mau lagi nonton teater. Mengapa? Karena mereka tidak punya waktu untuk beri perhatian pada teater. Mereka cenderung dikendalikan oleh perangkat pribadi di genggaman mereka. Ada banyak pilihan hiburan di sana. Kita sedang mengalami kemerosotan budaya,” lanjut Diane, Saya selalu menemukan pendapat seperti itu, seolah kita (orang teater) tidak memberikan ruang untuk berubah.  Bagaimana jika kita harus membalik analisa itu dan berkata, ‘mungkin masalahnya ada pada kita, misalnya para produser. Tidak hanya para penulis dan aktor tetapi seluruh mesin produksi. Mungkin kita harus lakukan hal lebih baik untuk mengundang penonton kembali masuk gedung teater. Apakah mereka sudah meninggalkan teater? Ya. Apakah mereka sudah tidak membangun kebiasaan untuk nonton teater? Ya. Apakah itu salah mereka? Tidak!”

Ruang Pandang dan Dengar  
Pada mulanya bentuk teater itu sangat akrab dan hangat. Kita akan menemukan suasana semacam itu jika kita tengok lagi sejarah seni pertunjukan (teater) pada jaman dahulu. Pada beberapa jenis pertunjukan, bahkan penonton masih melontarkan perkataan yang meresponi tontonan. Dalang Kentrung dan penontonnya bisa melakukan dialog sedemikian rupa.

“Bentuk teater Yunani dan Elizabethan mengumpulkan orang di suatu tempat. Para aktor berbicara pada penonton yang sedang mendengarkan, bukan menonton,” kata Tina Packer. “Munculnya panggung proscenium telah memisahkan penonton dan aktor. Bangunan itu menciptakan bingkai atau jendela di mana penonton melihat tontonan melaluinya,” lanjut Tina. 
“Second Body” karya Chieh-Hua Jeff Hsie bersama kelompoknya Anarchy Dance Theatre
“Sekarang, kita sudah sampai pada tingkat di mana penonton dan aktor bahkan bisa tidak berada di ruangan yang sama (hiburan di gadget). Padahal teater itu adalah kegiatan yang membangun komunitas. Aktor yang baik bisa  merasakannya tubuhnya hadir dan berkomunikasi dengan lingkungan pertunjukan. Aktor  merasakan keberadaannya dan ia memiliki gambaran dari dalam dirinya  tentang siapa yang sedang anda perankan. Itu smeua menjadi satu kesatuan yang utuh. Aktor bisa merasakan respons dari penonton bahwa mereka juga memahami apa yang dibawakan oleh aktor," pungkas Tina.(ye)

Fungsi Teater bagi Kehidupan Manusia

Theatre company YesYesNoNo is committed to live-streaming its show The Accident Did Not Take Place in the near future Teater membantu kita m...