Kamis, 22 Februari 2018

TEATER DAN (TAHUN) POLITIK - bagian 1

 “Meskipun ini pura-pura, tetapi tetap ada manfaatnya,”terang performer Alexandra Tatarsky pada penonton. Beberapa manfaat tersebut di antaranya melepaskan ketegangan, mengendurkan tekanan, dan membangun kekuatan inti,” lanjut Tatarsky ketika ia menyebut apa yang ia tampilkan itu adalah sebagai “yoga tertawa.” Dalam pertunjukan itu, penonton mengikuti arahan Tatarsky seperti pura-pura menangis, tertawa dan muntah, tertawa dan teriak.

sumber: www.culturebot.org/2017/09/27514/americana-psychobabble-alexandra-tatarfsky-at-fringearts-philadelphia/

Itulah pertunjukan berjudul Americana Psychobabble karya Tatarsky yang digambarkan oleh Diep Tran, editor senior majalah American Theater.  Penulis kritik teater itu menggambarkan penampilan Tatarsky yang nyleneh. Dia mengenakan kostum dengan simbol-simbol  kebesaran Amerika dan  dia tampil bak ratu kecantikan “nyleneh.” Dia melontarkan serangkaian kata-kata yang tidak masuk akal namun sepenuhnya bertema Amerika. Penonton seperti menyimak sebuah liputan berita politik yang berseting sebuah di Taman Hiburan Rakyat (THR).

Teater dan Tema Politik
Pertunjukan itu terinspirasi oleh Konvensi Nasional Partai Republik dalam rangka Pilpres di Amerika Serikat yang ditulis oleh Diep Tran sebagai "pemilihan badut." Inti dari pertunjukan ini adalah ketika semuanya kelihatan konyol, maka satu-satunya hal yang dapat Anda lakukan adalah menertawakan, menangis, dan menjerit.

Tema-tema politik memang akrab dalam dunia pertunjukan teater di manapun di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tema-tema politi terutama sangat menguat saat Orde Baru. Teater menjadi corong melepaskan kritik dan uneg-uneg terhadap kebijakan politik penguasa. Itu adalah “tahun-tahun politik” buat teater Indonesia. Setelah itu, “fungsi corong” seperti itu menyusut. Tema politik belum sirna tetapi kini menjadi dominasi eksekutif, parlemen dan parpol. Akankah di tahun politik 2018 (dikaitkan Pilkada serentak di beberapa daerah) teater masih tiarap bicara politik?

Membuka Ruang Kesadaran Pelaku dan Penonton
“Sebenarnya, hal itu (mengusung tema politik sebagai bentuk kritik) perlu dan penting, ketimbang bersikap acuh tak acuh dan mati rasa,” kata dramawan Marc Bamuthi Joseph, "Kita berada di situasi miskin empati, sehingga berdampak pada keengganan untuk bertindak meresponi situasi politik yang terjadi," katanaya kepada Diep Tran.

"Saya pikir cara terbaik untuk melawan ketidakbenaran adalah dengan membangkitkan kepercayaan diri dan kemampuan orang agar mereka percaya pada apa yang mereka yakini." Bamusthi juga menambahkan: "Selama hal seperti itu tidak menghancurkan atau membatasi dengan kekerasan terhadap akses orang lain untuk menyalurkan hak suara, maka itu tidak apa-apa."

(bersambung)

adaptasi dari tulisan Diep Tran berjudul:
How to Make Relevant Theatre in 2017: Lessons From Philly Fringe
Theatre is reflecting our world back at us. But are we feeling it?

Tidak ada komentar:

Fungsi Teater bagi Kehidupan Manusia

Theatre company YesYesNoNo is committed to live-streaming its show The Accident Did Not Take Place in the near future Teater membantu kita m...