Rabu, 14 Februari 2018

LIMA ALASAN KITA MASIH BUTUH TEATER

Kebuntuan dalam berteater bukanlah situasi yang asing dihadapi oleh pelaku teater. Tetapi hal itu meskipun kerap menjadi pengalaman yang semakin terasa dari tahun ke tahun, pelaku teater tidak tersungkur loyo dan menyerah. Mereka selalu punya harapan dan itu tak pernah padam.

sumber: https://www.nature.org/cs/groups/webcontent/@web/@africa/documents/media/tuungane-drama-group-940x600.jpg

Pada Januari 2017, seorang penulis dan pengamat teater bernama Katie Kelaidis mengungkapkan hal itu. Penulis yang memiliki fokus pada pertemuan antara seni, politik, dan agama ini tidak puas atas geliat teater di 2016. Dia memiliki pengharapan lebih baik waktu selanjutnya. Lantas, kenapa dia membutuhkan teater yang lebih baik pada 2017? Berikut ini alasannya.

Teater itu demokratis
Sementara kini teater tampaknya menjadi sebuah kesenangan “elit” tertentu yang sedang berlawanan dengan pihak lain dalam sebuah kegaduhan politik yang terjadi. Padahal fakta sejarah menunjukkan bahwa teater adalah sebuah bentuk kesenian paling demokratis.
Itu kenapa Shakespeare suka sekali memasukkan guyonan cabul dalam karya-karya lakonnya yang bisa disantap oleh penonton kelas pekerja maupun kelas bangsawan. Meskipun sejarah teater modern telah tercerabut dari akar egaliter, DNA pertunjukan seperti itu bisa diakses secara umum. Itu sebabnya hingga kini, teater dapat diproduksi oleh rakyat dan komunitas pinggiran.

Teater memiliki potensi untuk menyampaikan suara bagi lebih banyak orang dan didengar oleh lebih banyak telinga daripada forum ekspresi tradisional lain. Hal ini dikarenakan teater tidak memerlukan hal-hal yang sering tidak dimiliki sebagian besar orang “tertindas” di seluruh dunia: akses internet, peralatan rekaman, dan bahkan literasi.

Teater bisa Bersifat Segera (Segar)
Selain demokratis, teater juga telah memiliki nilai kesegeraan (segar). Film bisa menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam produksi dan buku bisa puluhan tahun untuk ditulis. Di sisi lain, teater dapat diciptakan secara cepat, memiliki ruang kemungkinan mengerjakan sebuah tema segera.

Jenis tema semacam ini biasanya bernuansa kritik dalam bentuk seni protes dan berbau politik. Selain itu, dalam peristiwa tragedi yang bertemu dengan ketidakpedulian, teater adalah ruang terbaik yang bisa menyentuh kemanusiaan.

Hal di luar teater bisa berjalan tetapi mereka terlalu lamban. Ketika sebuah krisis terjadi, teater mampu melakukan respon dengan cepat. Teater bisa segera melakukan produksi dan ditonton berkaitan dengan momen yang direspon.

Fleksibelitas adalah Keharusan
Penciptaan seni sebagai sebuah bentuk respon terhadap momen yang terjadi (politik misalnya) sering kali berhadapan dengan situasi yang terus berkembang. Oleh karena itu, fleksibelitas perlu dalam hal ini.
Film begitu selesai editing akan sulit berubah. Sebuah buku sekali diterbitkan sudah selesai. Ketika cat sudah kering di atas kanvas, maka lukisan selesai. Tetapi teater adalah sebuah hal berbeda. Pada setiap pertunjukan ada kesempatan untuk menciptakan hal baru.

Dengan demikian, teater memiliki kemungkinan merespon peristiwa yang sedang terjadi dan penonton. Di tengah masa yang bergejolak, fleksibelitas adalah segalanya. Fleksibelitas teater ini bisa menjadi kekuatan sebuah bentuk protes politik. Fleksibelitas dapat menyuarakan hal-hal terkini secara terbuka. 
    
Kumpulan Orang itu perlu
Di sebuah dunia yang cenderung terpecah belah dan kecil, kumpulan orang itu perlu. Mereka mengikat perjanjian untuk saling percaya di tengah masyarakat, untuk sebuah kekuatan keberagaman, dan kebahagiaan hidup di sebuah dunia yang lebih besar dari diri kita sendiri.

Sementara teater sangat jelas tidak hanya memberi kesempatan untuk berkumpul bersama. Ada hal khusus dan bermanfaat di sana. Teater bisa berada di ruang kecil atau besar, megah atau umum.

Teater mendatangkan kesempatan itu pada berbagai komunitas untuk datang bersama, duduk di kegelapan, dan berbagi perjalanan unik dan tak terulang kembali. Ada kekuatan dalam perjalanan tersebut. Hal itu menjadi kekuatan untuk menciptakan perubahan di luar gedung teater sesaat setelah cahaya lampu-lampu pertunjukan padam.
 
sumber: http://mediad.publicbroadcasting.net/p/wksu/files/styles/x_large/public/201608/IMG_6810.jpg

Kisah-kisah yang sangat Kuat

Kekuatan dari perjalanan (journey) di atas bisa dirasakan. Hal itu juga menjadi pengalaman nyata karena apa yang terjadi bersumber dari  cerita-cerita yang disampaikan oleh banyak orang di sekitar kita.

Ini adalah pengembangan dari empati untuk menghasilkan yang terbaik. Hal ini juga sebuah cara lama dan mendasar di mana orang belajar saling berhubungan.
Penulis dongeng Jerman Kurt Ranke berkata bahwa manusia adalah homo narrans –makhluk menyampaikan banyak cerita. Dongeng itu menjadi bagian dari denyut kehidupan manusia sejak jaman dahulu. Dan teater adalah manifestasi paling kuat.

Pada masa-masa mendatang kita masih akan membutuhkan untuk menyampaikan cerita-cerita kita dan mendengar cerita-cerita dari orang lain. Teater adalah bentuk paling mendalam, fleksibel, bersifat segera, dan demokratis untuk menyampaikan cerita. Dan itu lebih penting dari sekedar teater itu diciptakan, diproduksi dan dlihat.


Diadaptasi dari “5 Reasons We Need the Theatre More Than Ever in 2017” oleh Katie Kelaidis

Tidak ada komentar:

Fungsi Teater bagi Kehidupan Manusia

Theatre company YesYesNoNo is committed to live-streaming its show The Accident Did Not Take Place in the near future Teater membantu kita m...