Selasa, 28 Agustus 2018

TEATER AMATIR VS TEATER PROFESIONAL

sumber: www.flickr.com/photos/152722188@N06/33377330235/in/photostream/
Perdebatan antara pengusung semangat teater professional dan teater amatir menggema pada tahun 1917 di Amerika Serikat. Kelompok amatir melontarkan kritik mereka pada kelompok profesional: Mereka menganggap kelompok profesional terlalu komersial sehingga kehilangan idealism.

Oleh karena itu, mereka (kubu amatir) melontarkan seruan dan gerakan demi membangun “kemurnian” dan “kesucian” teater. Tulisan berjudul What We Stand For di Theater Arts Magazine Volume 1 No. 4, Agustus 1917 mengungkap hal itu.

Gerakan itu memperjuangkan penciptaan sebuah teater baru di Amerika Serikat. Sebuah teater di mana seni dan bukan bisnis yang jadi pertimbangan utama. Mereka mendorong munculnya kelompok-kelompok eksperimental. Di satu sisi, mereka juga mendorong proses profesionalisme secara bertahap bagi kelompok-kelompok teater kecil dan rumah-rumah pertunjukan besar.

Mereka ingin mewujudkan sebuah bentuk profesionalisme baru, di mana semangat amatir bisa dikombinasikan dengan dengan pengalaman mumpuni dari teater-teater mapan (yang juga memiliki rumah-rumah pertunjukan).

Gerakan ini mendorong para amatir, sekaligus kelompok-kelompok professional. Kelompok terakhir ini diharapkan memperbaharui konvensi-konvensi yang berlaku di gedung-gedung mereka, di mana mereka dianggap telah kehilangan arah akibat komersialisasi.

Gerakan ini memperjuangkan sebuah sudut pandang baru dalam pengembangan seni teater. Naskah-naskah lakon yang bagus, atau acting yang menginspirasi, atau setting yang bagus seharusnya tidak berhenti bagi masing-masing kubu. Sebalikna semua itu menjadi kontribusi untuk kesatuan yang lebih besar. Sebuah perpaduan atau harmoni dari bentuk-bentuk seni teater untuk menjadi suatu bentuk baru.

Oleh karena itu, demi pengembangan seni yang lebih baik semacam itu, jikalau perlu harus dibangun sebuah komunitas  artis-sutradara yang baru. Jika perlu ada perjuangan  penghilangan sistem bintang dalam acting, dan bagi pergantian (pertukaran) unsur-unsur yang sebelumnya sudah dianggap ideal.

Gerakan ini juga memperjuangkan agar aktor tidak merasakan tekanan  yang disebabkan serangkaian pertunjukan yang panjang. Sementara pada sisi lain, ada upaya perbaikan keindahan dialog dan ritme gerakan sebagai bagian penting dari kontribusi aktor bagi kesatuan yang lebih besar.

sumber: https://www.flickr.com/photos/chengyi-lee/32925048941/

Gerakan ini memperjuangkan bagi bentuk pemanggungan yang sederhana, pantas dan dekoratif. Bagaimanapun setting panggung harus menjadi yang utama dari tatanan background sebuah lakon pertunjukan, karena dia juga memiliki keindahan tersendiri.

Pengembangan sebuah tata rupa panggung baru perlu dilakukan, seperti pemanfaatan bahan-bahan plastik, memuncullkan efek dekoratif melalui pemanfaatan garis dan tumpukan benda yang sugestif, pencahayaan dan bayangan, keharmonisan warna, dan gerakan yang dirancang.

Upaya pengembangan sebuah tubuh drama yang puitis baru juga harus ada. Pengertiannya meskipun ada kandungan bahasa puisi dalam drama, tetapi tidak terlepas dari konteks dunia hari ini. Ekspresi musikal tetap ada  tetapi tidak meminjam dan menggunakan bentuk-bentuk di masa lalu. 

Dan, akhirnya, gerakan ini memperjuangkan garis batas yang jelas antara sebuah teater komersial dan sebuah teater professional baru.(ye)

Tidak ada komentar:

Fungsi Teater bagi Kehidupan Manusia

Theatre company YesYesNoNo is committed to live-streaming its show The Accident Did Not Take Place in the near future Teater membantu kita m...