Sabtu, 28 Maret 2020

Wabah Penyakit dan Proses Kreatif Shakespeare

William Shakespeare

Wabah penyakit menyebar di Inggris pada tahun 1606. Banyaknya kematian akibat wabah itu menyebabkan penutupan gedung-gedung pertunjukan teater. Bencana memberi dampak buruk pada William Shakespeare, tetapi sekaligus memicu perubahan karir profesionalnya. Shakespeare lolos dari wabah yang mengubah dunia teater yang ia geluti.

James Shapiro menuliskan kembali kisah Shakespeare dan wabah di London itu dengan judul How Shakespeare’s great escape from the plague changed theatre. Tulisan itu dimuat di The Guardian terbitan 24 September 2015.

The King's Men, grup teater milik William Shakespeare menurunkan bendera mereka di gedung teater Globe di London. Hal itu dilakukan bersamaan dengan pengelola gedung pertunjukan tempat lakon-lakon Shakespeare biasa dimainkan. Peritiwa itu terjadi menyusul wabah penyakit muncul di Inggris. Dua tahun sebelumnya wabah serupa berjangkit di London dan telah merenggut jiwa lebih dari 30.000 warga London. Oleh karena itu, Dewan Penasihat Kota (DPK) memutuskan bahwa semua bentuk tontonan harus berhenti. Itu adalah keputusan terakhir setelah DPK mendapati jumlah mereka yang meninggal dunia meningkat setiap minggu. Mereka menemukan bahwa korban jiwa berada pada angka "di atas jumlah 30" setiap minggu.

Semula ada kelonggaran berkait keputusan itu. Grup-grup sandiwara sekadang masih melakukan pertunjukan karena alasan kebutuhan nafkah. Pembengkokan aturan itu mereka lakukan ketika wabah kematian merosot di bawah angka 40 setiap minggu. Catatan DPK berkait keadaan masa itu telah hilang dalam kebakaran pada tahun 1618, sehingga kita tidak akan pernah tahu persis pada angka berapa tepatnya yang menjadi penentu penutupan. Tetapi pada akhir Juli 1606, jumlah korban jiwa wabah yang mematikan jauh di atas angka itu dan angka cenderung meningkat dari minggu ke minggu. Akhirnya semua tontonan berhenti, setidaknya selama musim panas.

Gejala-gejala wabah penyakit itu mengerikan: demam, denyut nadi yang berdetak kencang dan sesak napas, rasa sakit di punggung dan kaki, tenggorokan kering dan kehilangan keseimbangan. Bahkan sebagian orang juga menderita “sakit kepala hebat disertai perasaan berat, kecemasan, dan kesedihan”. Buboes – benjolan karena pembengkakan keras kelenjar getah bening - akan muncul di pangkal paha, ketiak atau leher. Jika benjoan itu pecah, maka penderita mengalami rasa sakit yang luar biasa. Kemudian penderita mengalami kesulitan berbicara. Jika keadaan makin parah, maka penderita akan mengigau sebelum ia mengalami gagal jantung pada akhirnya. Para korban berusia 10 hingga 35 tahun.

Wabah penyakit menular pernah menjadi ancaman pada seluruh warga London termasuk Shakespeare. Di sisi lain, bencana ini juga menjadi ruang pertumbuhan kreatif penulis kondang abad ke-16 ini. Peneliti sejarah drama menyebut bahwa wabah itu mengilhami William Shakespeare ketika ia menulis karya mulai dari Romeo dan Juliet hingga Macbeth. Ben Cohen menuliskan sekelumit kisah itu dalam tulisannya berjudul The Infectious Pestilence Did Reign yang dimuat di Slate 10 Maret 2020.

Cohen mengawali tulisannya dengan sebagian kisah kelahiran Shakespeare. Cohen memberitahukan William Shekespeare sendiri lahir saat wabah penyakit menular melanda Inggris tahun 1564. Wabah itu melenyapkan sebagian besar penduduk. Siapa yang hidup dan yang mati tampaknya adalah masalah keberuntungan saat itu. Wabah itu menyerang hingga melenyapkan banyak keluarga. Termasuk sebuah keluarga yang tinggal di jalan bernama Henley Street. Di sana, pasangan muda sudah kehilangan dua anak karena gelombang wabah sebelumnya. Kini, mereka harus menjaga putra mereka yang baru lahir berusia 3 bulan ketika itu. Mereka mengunci pintu dan jendela rapat-rapat untuk mencegah wabah datang menyerang rumah mereka lagi. Mereka belajar dari pengalaman malang mereka sebelumnya bahwa bayi sangat rentan terhadap penyakit mengerikan ini. Hingga keajaiban terjadi, karena saat wabah terjadi kota kecil bernama Stratford-upon-Avon tempat tinggal mereka, bayi mereka selamat.  Akhirnya, pasangan itu menghela napas lega bahwa anak laki-laki mereka masih hidup. Nama anak lelaki itu adalah William Shakespeare.

Apakah sejarah kelahiran Shakespeare yang akrab dengan wabah ini membuat ia bisa mengatasi bencana wabah dalam perjalanan kreatifnya? Ada jawaban bersifat spekulasi atas pertanyaan tersebut. Ada kemungkinan bahwa Shakespeare memiliki kekebalan terhadap wabah karena ia pernah terpapar wabah saat masih bayi. Tetapi yang jelas wabah menjadi senjata rahasia Shakespeare. Dia tidak mengabaikannya. Dia memperoleh kesempatan dari situasi itu.

Hal unik terjadi saat wabah membuat gedung-gedung pertunjukan di London tutup, Keadaan itu memaksa grup teater Shakespeare, The King's Men, untuk berpikir kreatif dalam menciptakan kemasan pertunjukan. The King’s Men melakukan pentas keliling ke daerah-daerah kecil di Inggris. Mereka mencari tempat perhentian di kota-kota kecil yang belum terserang wabah. Pada saat itu juga Shakespeare menemukan banyak waktu yang lebih baik untuk menulis. "Ini berarti hari-harinya bebas, untuk pertama kalinya sejak awal 1590-an, termasuk juga untuk berkolaborasi dengan penulis naskah lain," tulis Shapiro dalam bukunya The Year of Lear: Shakespeare pada 1606.

Wabah dii London
Shakespeare juga melahirkan lakon-lakon Raja Lear, Macbeth, dan Antony dan Cleopatra pada masa sulit itu. Shapiro menyebut karya-karya itu sebagai tiga lakon tragedi yang sangat luar biasa.  Penulis biografi Shakespeare itu juga berkata, “Kita tahu lebih banyak tentang bagaimana wabah (pes) 1606 mengubah kontur kehidupan profesional Shakespeare, merombak dan menghidupkan kembali grup, merubah strategi persaingan (dengan grup lain), mengubah komposisi penonton siapa yang akan jadi target tulisannya (jenis drama apa yang ia harus tulis), dan memungkinkannya untuk berkolaborasi dengan musisi dan penulis naskah yang berbakat lain."

Cohen menambahkan bahwa Shakespeare bukan penulis metronomic (mekanis seperti robot). Dia memiliki keluasan imajinasi. Dia menulis secara mengalir dan hal yang mengalir itu berasal pada kekuatan di luar kendalinya. Shakespeare mampu mengubah periode pergolakan yang hebat dalam masyarakat (wabah) menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda: rentetan kesuksesan yang tak terduga dalam sejarah. (ye)

Tidak ada komentar:

Fungsi Teater bagi Kehidupan Manusia

Theatre company YesYesNoNo is committed to live-streaming its show The Accident Did Not Take Place in the near future Teater membantu kita m...