Sumber: pixabay.com |
Pada
akhir abad ke-19, arsitektur gedung teater kontemporer mulai memunculkan
bentuknya. Beberapa inovasi tehnis terjadi
pada gedung teater yang memiliki dampak luas pada unsur-unsur di dalamnya.
Tampilan arsitektur bangunan gedung teater menjadi sesuatu yang menonjol pada pada
abad ke-19. Tampilan-tampilan itu di antaranya adalah lampu gas, sistem rail, gantungan
lampu dan listrik, dan munculnya panggung datar.
Meskipun banyak muncul inovasi, konsep arsitektur
gedung teater tidak berubah. Panggung model Jaman Baroque masih tetap dominan. Selain
arsitektur, berbagai inovasi tehnik membawa perubahan besar dalam teater pada
periode ini. Belakangan, auditorium (ruang penonton) seolah tenggelam dalam
kegelapan dan terpisah dari ruang adegan.
Seorang
pengamat berpendapat bahwa susuanan semacam itu menegaskan bahwa sesuatu yang sakral
terletak dalam ruang mental penonton dan bukan pada lingkungan fisik yang
ditempati tubuh mereka. Gedung teater seperti mencapai bentuk finalnya
sepanjang periode ini. Panggung, auditorium, bingkai panggung, lobi,
ruangan-ruangan kecil, bagian administrasi adalah semua elemen yang akan
menjadi satu kesatuan sebagaimana kita masih jumpai hingga saat ini.
Charles
Rennie Mackintosh menyatakan bahwa tahun 1876 adalah tahun kunci bagi studi
arsitektur gedung teater modern bersamaan dengan pembukaan Gedung Teater Wagner
di Bayreuth (Jerman). Arsitek Inggris itu mengatakan bahwa gedung ini menandai
sebuah permulaan arsitektur gedung teater modern. Pada masa itu, pertama
kalinya tradisi dalam arsitektur gedung teater mengalami perubahan-perubahan.
Tantangan
menarik ini diciptakan oleh Wilhelm Richard Wagner (1813-1883) sebagai sebuah
hasil dari gagasan radikalnya tentang mendekatkan aktor dan penonton dalam satu
kesatuan. Wagner’s Gesamtkunswerk
(gagasan seni total Wagner) sangat kuat mempengaruhi seni teater pada awal abad
ke-20. Salah satu seniman teater terkemuka yang memiliki pengaruh besar dari
Wagner adalah Adolphe Appia (1862-1928). Teaterawan Swiss ini adalah salah satu
pelopor seni tata panggung modern. Karya dan gagasan seni Wagner memberi
inspirasi sekaligus membangkitkan ketidakpuasan dalam diri Appia.
Appia
pun memutuskan mereformasi produksi teater. Hingga akhir hidupnya, Appia tidak
hanya melakukan perombakan produksi teater, tetapi ia juga melakukan restorasi
teater untuk kembali pada masa Yunani kuno. Ia menggambarkan bingkai lengkung di
depan panggung proscenium sebagai titik kontak antara dua dunia, yaitu aktor
dan penonton.
Appia
tidak hanya penentang konsep pemisahan antara penonton dan aktor (panggung dan
aktor), tetapi juga pemisahan antar penonton. Appia berpendapat bahwa Ruang cekungan di depan
panggung tempat pemain musik (pit) harus
hilang, Panggung beserta auditoriumnya harus satu kesatuan, bingkai (gapura) lengkung
pada panggung proscenium (lubang kunci raksasa) harus juga hilang sehingga memungkinkan interaksi penuh antara audience antara aktor.
Seorang
penulis Perancis bernama Bablet memiliki pendapat menarik soal Appia. Kita
berhutang pada Appia untuk segala yang meruntuhkan ruang tradisional, segala
yang menyebabkan perkembangan dan menciptakan kedekatan secara fisik dan
spiritual antara aktor dan penonton.
Sumber: Photo by Karen Zhao on Unsplash |
Appia
ingin mewujudkan sebuah gedung teater yang akan memiliki kesesuaian keadaan
optik dan akustik. Sebuah gedung yang bisa mengikat ruang pementasan dan
auditorium sebagai satu kesatuan. Keseluruhan area gedung seharusnya dirancang
sedemikian rupa sehingga hal itu memuaskan kebutuhan secara akustik, optik, dan
visual.
Soal
gagasan ini, Appia memperjelas bahwa drama dan aksi di dalamnya, tidak hanya
mengambil tempat di panggung, tetapi pada saat bersamaan terjadi di ruang
imajinasi penonton. Appia menyebut gedung teater yang diperbaharui sebagai
Katedral masa depan yang bebas, ruang besar dan bisa berubah.
Gedung
teater menjadi sebuang ruang yang seharusnya menerima beragam manifestasi
kehidupan sosial dan artistik manusia. Ruang di mana seni drama akan
berkembang, dengan atau tanpa penonton. Gedung teater seharusnya tidak
memisahkan atau menciptakan hubungan antar personal yang hirarkis.
(yem)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar