sumber: www.flickr.com/photos/152722188@N06/33377330235/in/photostream/ |
Oleh karena itu, mereka (kubu
amatir) melontarkan seruan dan gerakan demi membangun “kemurnian” dan “kesucian”
teater. Tulisan berjudul What We Stand For di Theater Arts
Magazine Volume 1 No. 4, Agustus 1917 mengungkap hal itu.
Gerakan itu memperjuangkan
penciptaan sebuah teater baru di Amerika Serikat. Sebuah teater di mana seni
dan bukan bisnis yang jadi pertimbangan utama. Mereka mendorong munculnya
kelompok-kelompok eksperimental. Di satu sisi, mereka juga mendorong proses
profesionalisme secara bertahap bagi kelompok-kelompok teater kecil dan
rumah-rumah pertunjukan besar.
Mereka ingin mewujudkan sebuah
bentuk profesionalisme baru, di mana semangat amatir bisa dikombinasikan dengan
dengan pengalaman mumpuni dari teater-teater mapan (yang juga memiliki
rumah-rumah pertunjukan).
Gerakan ini mendorong para amatir, sekaligus
kelompok-kelompok professional. Kelompok terakhir ini diharapkan memperbaharui
konvensi-konvensi yang berlaku di gedung-gedung mereka, di mana mereka dianggap
telah kehilangan arah akibat komersialisasi.
Gerakan ini memperjuangkan sebuah
sudut pandang baru dalam pengembangan seni teater. Naskah-naskah lakon yang
bagus, atau acting yang menginspirasi,
atau setting yang bagus seharusnya
tidak berhenti bagi masing-masing kubu. Sebalikna semua itu menjadi kontribusi
untuk kesatuan yang lebih besar. Sebuah perpaduan atau harmoni dari bentuk-bentuk
seni teater untuk menjadi suatu bentuk baru.
Oleh karena itu, demi pengembangan
seni yang lebih baik semacam itu, jikalau perlu harus dibangun sebuah
komunitas artis-sutradara yang baru. Jika
perlu ada perjuangan penghilangan sistem
bintang dalam acting, dan bagi
pergantian (pertukaran) unsur-unsur yang sebelumnya sudah dianggap ideal.
Gerakan ini juga memperjuangkan agar
aktor tidak merasakan tekanan yang
disebabkan serangkaian pertunjukan yang panjang. Sementara pada sisi lain, ada
upaya perbaikan keindahan dialog dan ritme gerakan sebagai bagian penting dari
kontribusi aktor bagi kesatuan yang lebih besar.
sumber: https://www.flickr.com/photos/chengyi-lee/32925048941/ |
Gerakan ini memperjuangkan bagi bentuk
pemanggungan yang sederhana, pantas dan dekoratif. Bagaimanapun setting panggung harus menjadi yang utama
dari tatanan background sebuah lakon
pertunjukan, karena dia juga memiliki keindahan tersendiri.
Pengembangan sebuah tata rupa
panggung baru perlu dilakukan, seperti pemanfaatan bahan-bahan plastik,
memuncullkan efek dekoratif melalui pemanfaatan garis dan tumpukan benda yang
sugestif, pencahayaan dan bayangan, keharmonisan warna, dan gerakan yang
dirancang.
Upaya pengembangan sebuah tubuh
drama yang puitis baru juga harus ada. Pengertiannya meskipun ada kandungan bahasa
puisi dalam drama, tetapi tidak terlepas dari konteks dunia hari ini. Ekspresi musikal
tetap ada tetapi tidak meminjam dan
menggunakan bentuk-bentuk di masa lalu.
Dan, akhirnya, gerakan ini memperjuangkan garis
batas yang jelas antara sebuah teater komersial dan sebuah teater professional baru.(ye)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar