source: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/10/Chaplin_Karno_advert.jpg/220px-Chaplin_Karno_advert.jpg |
Fred Karno
adalah nama panggung. Nama “Karno” di sini bukan nama Jawa dan saya tidak punya
catatan gimana nama itu dipakai. Nama asli Fred Karno adalah Frederick John
Westcott, kelahiran Inggris, 26 Maret 1866. Dia adalah komedi slapstick yang popular pada jamannya.
Dia kondang dengan ciri dagelan “ndublag
roti (pai) pada lawan main”. Pada tahun 1890an, Karno membuat pertunjukan
komedi sketsa tanpa dialog. Itu semua demi menghindari sensor panggung (cukup
menarik bahwa waktu ada badan sensor pertunjukan panggung). Karno ini masuk
sebagai tokoh dalam sejarah film komedi bisu. Bahkan orang Hollywood
menyebutnya sebagai pelopor film komedi bisu. Sutradara Hal Roach menyebut
bahwa Karno ini adalah orang yang melahirkan bentuk komedi slapstick. Selain
itu, kebesaran Charlie Chaplin juga tidak bisa lepas dari peran Karno.
Charlie Chaplin
bergabung dengan kelompok pantomime milik Karno ini pada tahun 1908. Aktor kelahiran London, 16 April 1889 ini menjadi
salah satu bintang dalam lakon sketsa komedi dalam lakon A Night in an English
Music Hall. Bareng dengan rombongan Karno inilah ia merasakan ngidak lemah Amerika Serikat pertama
kalinya. Di negeri Paman Sam ini, Chaplin memulai karir di film dengan kontrak
pertama sebesar $150 per minggu (kira-kira
rong juta rupiah).
Orang Hollywood
bisa menyebut Karno membidani komedi slapstick
comedy, tetapi bekas cantriknya si
Chaplin mendapat julukan master of
slapstick comedy. Karno sempat juga sempat ngicipi dunia film di Amerika, tetapi tahun 1936, ia memilih pulang kampung dan
berteater kembali di Inggris. Sedangkan, Chaplin bablas mereguk nikmat dunia film di Amerika. Ia lebih memilih film
ketimbang panggung. Dilalah industri film Amerika sedang giat-giatnya bikin
banyak produksi. Chaplin menemukan “panggung” barunya, yaitu film.
source: https://media1.britannica.com/eb-media/76/133576-004-E4A6615A.jpg |
Setelah Chaplin,
belakangan muncul Rowan Atkinson. Komedian asal Inggris ini kondang lewat
karakter uniknya, yaitu Mr. Bean. Sebelumnya, Rowan adalah pengasuh sebuah
acara radio yang seratus persen menggunakan cangkem
dan swara! (bisa dibayangkan
bagaimana sekarang, ia total tidak nyangkem
dan hanya ngobahake awak).
Gaya dagelan dua
komedian asal Inggris ini mampu menjangkau publik yang luas. Selain karena
dukungan tehnologi media (televisi dan film), mereka menggunakan bahasa yang
universal: tubuh. Bahasa yang mereka gunakan melintasi batas pengguna bahasa
apapun. Chaplin dan Rowan mempengaruhi industri
hiburan di manapun, bahkan bagi pertunjukan yang “non-industri’ seperti pantomim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar