Ilhan Beyazay @flickr.com |
Dalam
teater, kita biasanya menyebut apa yang dipertunjukkan sebagai "naskah lakon."
Istilah ini tidak tepat. Bagaimanapun, dalam hal ini kita juga berbicara
tentang “melihat” sebuah naskah lakon. Contohnya pertunjukan Hamlet oleh RSC. Kita lebih condong
mengarah pada pertunjukan (oleh RSC) dari pada teks (naskah lakon karya
Shakespeare).
Sebuah
buku yang berisi "Kumpulan Drama William Shakespeare" akan menjadi sebuah
kumpulan teks, bukan pertunjukan. Ketika kita berbicara tentang melihat pertunjukan,
kita berbicara tentang mendengarkan dialog dan melihat serangkaian acting sebagaimana tercatat dalam teks
tertentu. Setiap naskah lakon (teks) memiliki elemen-elemen yang dibutuhkan
untuk sebuah produksi pementasan naskah lakon bersangkutan. Sehingga jika
seseorang tidak menggunakan teks Hamlet (misalnya), orang sama sekali tidak
bisa dikatakan menggarap Hamlet. Ini menunjukkan bahwa ketika kita berbicara
tentang naskah lakon, yang kita maksudkan adalah teks.
Selanjutnya,
ketika kita menghadiri pertunjukan drama, kita tidak mengalami teks tertulis.
Sebaliknya, kita melihat aktor mengucapkan barus-baris kalimat dan menampilkan acting yang dijelaskan dalam teks. Kita
juga melihat set, lampu, kostum dan beragam acting
yang sama sekali tidak dituliskan dalam teks. Jadi, kita seharusnya tidak samakan
lakon dengan teks. Sebagai
gantinya, mari kita meminjam istilah dari Wolterstorff (1975) dan menunjuk hal
yang ditampilkan dalam pertunjukan teater sebagai karya pertunjukan.
Ini
penting untuk dicatat bahwa karya pertunjukan adalah hal yang dipertunjukkan;
itu semata bukan pertunjukan itu sendiri. Ini mengacu pada dialog dan acting yang telah diciptakan bagi para
aktor untuk tampil, beserta dengan elemen-elemen lain seperti karakter dan alur
peristiwa. Karya pertunjukan adalah sebuah konsep abstrak, tetapi dialog dan acting biasanya dinotasikan dalam bentuk
konkret sebuah naskah lakon (teks).
Photo by Vadim Fomenok on Unsplash |
Secara sederhana, kita
dapat menganggap naskah lakon sebagai karya penulis naskah, meskipun sekadang naskah
(teks) dihasilkan secara kolaborasi atau dengan cara lain. Selain itu, tidak
semua pertunjukan teater menggunakan naskah tertulis. Beberapa pertunjukan berangkat
dari garis besar plot atau perencanaan lain. Ada beberapa melakukan improvisasi
secara langsung berdasarkan unsur-unsur yang tidak banyak. Orang mungkin
berpendapat bahwa untuk bentuk seperti itu, tidak ada sesuatu yang dipertunjukkan,
kecuali hanya pertunjukan itu sendiri. (ye)
Sumber:
The
Difficulty of An Ontology of Live Performance by Colin Doty (UCLA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar