Pohon Mojo memiliki banyak manfaat.
Getahnya digunakan untuk menyamak kulit. Buahnya bisa menjadi obat disentri.
Kayunya sangat baik untuk gagang keris. Bijinya memiliki kegunaan sebagai
perekat.
Pohon Mojo banyak tumbuh di sepanjang
dataran yang dialiri oleh Sungai Brantas. Oleh karena itu banyak kota dan desa
di wilayah tersebut memakai kata Mojo, misalnya: Mojokerto, Mojowarno,
Mojoasri, Mojoagung, dan Mojoroto.
Penjelasan tersebut agaknya bisa
menjadi alasan mengapa dalam tahun 1293 desa baru yang dibuka oleh orang-orang
Madura di daerah Tarik bernama Majapahit. Oleh karena di sekitar daerah
tersebut juga terdapat berbagai pohon-pohonan yang di antaranya adalah adalah
Pohon Mojo.
Dalam konteks ini imaji Majapahit
sebagai nama yang sakti (sakral) sebenarnya adalah sebuah penghargaan atas
pohon yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Apalagi imaji kesakralan itu
semakin menguat saat Majapahit dibahasakan dalam bahasa Sanskerta Wilwatikta
atau Tiktawilwa (wilwa=maja, tikta=pahit). Bahasa asing (di luar bahasa
keseharian yang kita pakai acap kali memiliki posisi tinggi; dianggap suci;
dianggap memiliki tuah atau kekuaan magis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar