sumber: http://performingarts.reviews/wp-content/uploads/2015/12/Charlie-Brown-11.jpg |
Menandai sekaligus merayakan kesenian dengan melakukan aktifitas ngedhur alias non-stop bukan asing kita dengar. Paling tidak kita akrab dengan Hari Tari Dunia yang dirayakan dengan 24 jam menari di mana-mana. Saya tidak pernah membayangkan untuk teater hingga, ada kabar dari anak-anak SMA
Crater, Oregon, AS. Mereka melakukan hal menarik
berkait dengan kegiatan ekstrakurikuler drama di sekolah mereka. Mereka
menciptakan peristiwa teater yang cukup spektakuler untuk ukuran anak SMA
(mungkin juga bagi kita “alumni” SMA yang ada di sini). Anak-anak yang
tergabung dalam kegiatan drama sekolah melakukan proses hingga pertunjukan
sebuah karya lakon dalam waktu 24 jam.
sumber: http://jacksonvillereview.com/wp-content/uploads/2016/01/7-Plays-24-Hours-Final4.jpg |
Kegiatan
tersebut mulai pukul 8 malam hari Jumat, 5 Februari 2016 hingga layar dibuka
pada pementasan pada pukul 8 malam hari Sabtu, 6 Februari 2016 di Crater
Performing Arts Center. Mereka terdiri dari 10 penulis, 27 aktor, dan 7
sutradara. Anak-anak SMA tersebut bekerja
sepanjang malam menggarap 7 gagasan pertunjukan teater. Masing-masing lakon itu terdiri dari satu
babak dan keseluruhannya disusun, ditulis, dimainkan dan diproduksi oleh
anak-anak SMA Crater dalam waktu 24 jam.
Pengamat seni
pertunjukan teater Lee Greene mengaku bahwa hasil 7 pertunjukan tersebut sangat
menarik dan menghibur dan lumayan nyleneh
(eksentrik). Ia melihat dan merasakan bahwa gagasan kreatif itu hadir dari anak-anak
SMA yang berani membebaskan dan melepaskan imajinasi mereka berjalan liar.
Sebuah situasi yang bisa jadi juga dipicu oleh perpaduan keadaan kurang tidur
dan dikejar batas waktu menuju pementasan pukul 8 malam hari Sabtu. Mereka
harus tampil,baik siap atau tidak siap!
Uniknya lagi,
untuk pertunjukan ke-8 (selain 7 garapan anak-anak) ternyata digagas oleh si
kepala sekolah yang bernama Bob King. Sedangkan sosok yang mengerjakan dan
mengelaborasi gagasan tersebut adalah guru drama bernama, Matthew Reynolds. Ia
bertindak sebagai sutradara pertunjukan ke-8 itu. Sehingga setelah ke-7 pertunjukan
karya anak-anak SMA itu selesai, maka ke-7 sutradara pertunjukan tersebut
berganti peran sebagai aktor. Mereka bermain untuk pertunjukan ke-8 yang
disutradarai oleh Reynolds. Lee Greene menambahkan bahwa apa yang dikerjakan
oleh anak-anak SMA Crater ini adalah sebuah karya teater orisinil yang
menghibur. Ia sangat mengapresiasi peristiwa pertunjukan tersebut.
Saya tidak tahu apakah teman-teman teater bakal tergoda melakukan hal serupa pada Hari Teater Dunia kelak atau pada perayaan teater lain. Kalau tidak juga tidak apa-apa. Kegiatan ngedhur semacam ini memang cuma dilakukan di bidang kesenian saja. Beberapa sayembara misalnya untuk mendapatkan mobil juga memakai pola serupa. Tetapi jika teater mengambil pola ini ngedhur berkarya macam ini, tidak masalah. Asal jelas konsepnya, apakah untuk sensasi, hiburan, atau pencapaian artitistik lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar