sumber: https://pixabay.com/en/artificial-intelligence-robot-ai-ki-2167835/ |
"Manusia
menciptakan dan mengalami sebuah cerita bersama-sama di sebuah ruangan. Hal
seperti itu tidak akan hilang," kata Bill Rauch.
Pendapat Direktur Artistik Oregon
Shakespeare Festival itu disampaikan dalam sebuah tulisan berjudul The
Future of Theater In a digital era, is the play still the thing? Oleh
Craig Lambert di Majalah Harvard edisi Januari-Februari 2012. “Bahkan dalam beberapa sisi masih ada
kehausan akan hal itu,” lanjutnya.
Teater Menggeliat Gelisah
Tulisan
Craig Lambert itu memang ungkapan kegelisahan pegiat teater (terutama di AS)
menghadapi gelombang besar kemajuan tehnologi informasi saat ini. Pertunjukan
hidup teater sedang menghadapi tantangan dengan “dunia hiburan yang berada di
genggaman.” Mereka yang gandrung pada hiburan semacam itu adalah terutama
generasi muda. Hal ini membuat para pegiat teater merenung soal regenerasi
pegiat teater.
Tina
Packer setuju dengan semangat Rauch di atas. Pendiri Shakespeare & Company
ini dengan yakin berkata, “hanya melalui
orang-orang yang berkumpul bersama – sebagaimana yang dilakukan dalam teater,
anda benar-benar dapat merasakan kemanusiaan. Ada perasaan mendalam dan hadir,
perasaan kolektif," ungkapnya lagi, "anda tidak bisa merasakan hal semacam itu di Facebook, televisi.
Anda juga tidak mendapatkan kebenaran pada beragam platform itu.”
Perbaharui Analisa
Pertunjukan
“hidup” teater memang tak tergantikan. Ruang teater menjadi ruang interaksi,
baik antar pemain maupun pemain dan penonton. Bahkan dialog khyusuk
masing-masing individu di sana. Sehingga ketika tehnolohi informasi hadir
dengan jumawa melalui berbagai perangkatnya, “keheningan” itu pecah. Hal itu
sekadang memancing pegiat teater dengan enteng menimpakan kesalahan pada
perangkat tehnologi informasi.
“Ada sebuah sindrom
pada profesi kita. Kita menyalahkan penonton, khususnya anak-anak muda,”
ucap Diane Paulus, direktur artistik American Repertory Theater. “Mereka tidak mau lagi nonton teater.
Mengapa? Karena mereka tidak punya waktu untuk beri perhatian pada teater. Mereka
cenderung dikendalikan oleh perangkat pribadi di genggaman mereka. Ada banyak
pilihan hiburan di sana. Kita sedang mengalami kemerosotan budaya,” lanjut
Diane, Saya selalu menemukan pendapat seperti itu, seolah kita (orang teater)
tidak memberikan ruang untuk berubah. Bagaimana
jika kita harus membalik analisa itu dan berkata, ‘mungkin masalahnya ada pada
kita, misalnya para produser. Tidak hanya para penulis dan aktor tetapi seluruh
mesin produksi. Mungkin kita harus lakukan hal lebih baik untuk mengundang
penonton kembali masuk gedung teater. Apakah mereka sudah meninggalkan teater?
Ya. Apakah mereka sudah tidak membangun kebiasaan untuk nonton teater? Ya.
Apakah itu salah mereka? Tidak!”
Ruang Pandang dan Dengar
Pada
mulanya bentuk teater itu sangat akrab dan hangat. Kita akan menemukan suasana
semacam itu jika kita tengok lagi sejarah seni pertunjukan (teater) pada jaman
dahulu. Pada beberapa jenis pertunjukan, bahkan penonton masih melontarkan
perkataan yang meresponi tontonan. Dalang Kentrung dan penontonnya bisa
melakukan dialog sedemikian rupa.
“Bentuk teater Yunani
dan Elizabethan mengumpulkan orang di suatu tempat. Para aktor berbicara pada
penonton yang sedang mendengarkan, bukan menonton,”
kata Tina Packer. “Munculnya panggung
proscenium telah memisahkan penonton dan aktor. Bangunan itu menciptakan
bingkai atau jendela di mana penonton melihat tontonan melaluinya,” lanjut
Tina.
“Second Body” karya Chieh-Hua Jeff Hsie bersama kelompoknya Anarchy Dance Theatre |
“Sekarang, kita sudah
sampai pada tingkat di mana penonton dan aktor bahkan bisa tidak berada di
ruangan yang sama (hiburan di gadget). Padahal teater itu adalah kegiatan yang
membangun komunitas. Aktor yang baik bisa
merasakannya tubuhnya hadir dan berkomunikasi dengan lingkungan
pertunjukan. Aktor merasakan
keberadaannya dan ia memiliki gambaran dari dalam dirinya tentang siapa yang sedang anda perankan. Itu
smeua menjadi satu kesatuan yang utuh. Aktor bisa merasakan respons dari
penonton bahwa mereka juga memahami apa yang dibawakan oleh aktor,"
pungkas Tina.(ye)