Rekor penonton seni kentrung pecah tahun 2008, saat Mochammad Samsuri manggung tunggal di pentas Demak Art Festival di Tembiring, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Ketika itu ribuan penonton asyik menyimak gaya Samsuri bertutur tentang Syaridin alias Sheikh Jangkung. Alkisah, Sheikh Jangkung lahir di Desa Landoh, Tayu, Pati. Sheikh Jangkung diperkirakan hidup semasa Sunan Muria atau Raden Umar Said menjadi penyebar agama Islam. Dia punya karomah yang disegani pada zamannya. Dia menyebarkan Islam hingga ke Sumatera. (Kompas.com - 04/09/2009)
Petikan berita itu mungkin menggambarkan sisa-sisa kejayaan seni teater tutur tradisional itu. Kentrung memang sarat muatan ajaran agama dan moral, tetapi penampilannya kian tampak “lawas” disandingkan bentuk-bentuk tontonan masa kini. Sebagaimana penampilan Samsuri sendiri setiap kali hadir di hadapan penonton. Pria kelahiran Bintoro, Demak, Jawa Tengah tahun 1949 ini menggunakan reban warisan sang ayah setiap kali manggung. Bunyi rebana-rebana itu tak lagi sebagus seperti bertahun-tahun lalu karena alat musik itu sudah rusak. Tiga jenis rebana (terbang), yaitu ketipung (kecil), kemplang (sedang) dan jedur (besar) memang sudah kelihatan menua.
Begitulah nasib kentrung sekarang. Tidak hanya di Demak,
daerah-daerah Pantai Utara lain di mana
menjadi tempat penyebaran kentrung mengalami nasib sama. Baik di Jawa Tengah
maupun Jawa Timur, Jika masih ada seni kentrung di daerah-daerah, seperti
Demak, Blora, Kudus, Blitar, Tulungagung, maka dipastikan para pendukungnya
rata-rata sudah sepuh. Tetapi beruntung ada sedikit anak-anak muda (mungkin
generasi millennial yang didukung generasi X hehehe) masih mencoba setia
ngentrung dan mereka juga bikin acara untuk itu bulan Agustus 2017 ini.
Sejumlah anak muda yang tergabung dalam Unit
Kegiatan Mahasiswa Blero Universitas
Negeri Malang dan Sanggar Seni Kentrung
Gedhang Godhog Tulungagung menggelar serangkaian acara bertajuk “Kampung Seni
Ngingas 1” pada tanggal 5 Agustus 2017. Dua kelompok seni pertunjukan yang beranggotakan pelajar dan
mahasiswa tersebut memang menggeluti seni kentrung selama ini.
Kontak info: FB: Yayak Gedhang Priasmara; IG: y_priasmara