Metode Suzuki adalah sebuah perlawanan terhadap modernisasi
(sumber foto: theatrebloggeratuni.files.wordpress.com) |
Modernisasi menggelisahkan Tadashi Suzuki. Modernisasi telah melemahkan kemampuan aktor. Semenjak teater modern Jepang berusaha mengadopsi bentuk drama Eropa dan mengawinkannya secara teatrikal dengan gaya kotemporer Jepang, tidak ada ruang untuk gerakan kaki telanjang. Aktor harus memakai sepatu untuk tampil. Mereka memiliki cara berbicara “tanpa menyertakan kaki mereka.”.
Pendapat Suzuki di atas mengingatkan saya pada Mbah Prapto (Suprapto Suryodarmo, Padepokan Lemah Putih). Satu kali, Mbah Prapto bilang, "Gus, coba kowe latiana mlaku." Guru Joged Amerta itu meminta saya berjalan dan mencoba merasakan persentuhan kedua telapak kaki dengan lantai. Sebuah latihan yang unik kala itu!
Tadashi
Suzuki berjuang untuk merestorasi keseluruhan tubuh manusia dalam pemanggungan.
Ia tidak begitu saja menciptakaan beragam bentuk semacam yang ada dalam Noh dan
Kabuki, Suzuki mengambil nilai-nilai universal yang terkandung dalam Noh dan
Kabuki dan tradisi pramodern lain. Dengan Pengembangan nilai-nilai terebut,
Suzuki menciptakan sebuah kesempatan untuk menggabungkan kembali kemampuan
tubuh yang telah terpotong-potong dan menghidupkan kembali kapasitas persepsi
dan ekspresi tubuh.
Metode
Suzuki adalah sebuah perlawanan terhadap modernisasi yang melemahkan kemampuan
aktor. Ini bukan perlawanan biasa yang sekedar melawan hegemoni kekuatan artistik
secara global. Metode Suzuki adalah bagian dari respon terhadap apa yang secara keseluruhan terjadi.
Ketika modernisasi segala bidang telah menggerus nilai-nilai murni kemanusiaan bahkan
menghinggapi dunia panggung, Susuki langsung berpaling pada tradisi ia langsung cancut
taliwandha!
Suzuki
ingin membawa manusia (aktor) pulang ke peradaban sejati. Apalagi modernisasi telah punya dan menciptakan
sendiri tentang makna peradaban. Ia ingin mendekatkan lebih erat lagi antara manusia
(aktor) dengan bumi (panggung). Karena mereka seharusnya tidak terpisah, intim,
saling memahami, saling menyalurkan kekuatan dan daya kewan menjadi pilihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar