|
foto dari http://ddcmontana.com/suzuki-method-of-actor-training/
|
Dalam konteks seni
tradisi (khususnya, teater), gedruk dan hentakan kaki tidak saja bentuk gerakan yang
artinya mendorong, menekan atau mengusir musuh. Tindakan itu juga memiliki
maksud mengundang kekuatan dari obyek yang dipuja: memanggil sebuah kekuatan masuk
dalam diri seseorang untuk memunculkan kekuatan dalam dirinya. Gesture semacaam
itu dipercaya bisa mengusir roh-roh jahat dan memunculkan hal magis,
mengijinkan roh-roh kebaikan masuk ke tubuh penampil. Roh-roh kebaikan itu memiliki
kekuatan yang lebih besar dari roh-roh jahat. Beberapa gesture dalam bentuk
hentakan kaki seperti dalam Kabuki dan Noh tidak diragukan berasal dari sensasi-sensasi
fisik semacam itu. Gerakan roppo,
secara harafiah berarti “jalan menghentak ke enam arah”, dapat diterjemahkan
gerakan yang bertujuan memanggil pada roh-roh tersebut untuk membangkitkan
energi spiritual dalam diri seseorang. Ketika sebuah roh masuk ke seseorang dengan
melakukan gesture tertentu, maka orang itu berubah dan siap melakukan tindakan-tindakan
dengan penuh kekuatan dan keberanian.
Itulah alasan mengapa drama-drama
klasik Jepang banyak berlangsung di tempat-tempat dimana roh-roh semacam itu
diperkirakan tinggal, misalnya pekuburan atau tempat-tempat dengan gundukan
tanah disertai nisan menjulang. Selain itu orang sengaja meletakkan beberapa kendi
atau guci yang diletakkan di bawah lantai panggung yang memang terdapat rongga
di sana. Tujuan dari peletakan benda itu bukan hanya untuk menimbulkan efek gema
saat para aktor menghentakkan kaki di atas panggung. Tujuan lain adalah pemanggilan roh-roh leluhur
untuk datang membawa energi dan merasuki
tubuh para pemain. Bila gema suara yang dihasilkan besar, maka hal itu membuktikan
kehadiran roh-roh tersebut. Kehadirannya bisa dirasakan melalui sensasi fisik.
Ini sebuah bentuk saling merespon antara aktor dan roh.
Beberapa komunitas
masyarakat memberikan perhatian pada bagian bawah tubuh termasuk kaki untuk
lebih dioperasikan ketimbang bagian atas. Ketika kaki menhentak dan menjejak
bumi, maka hal itu menggambarkan otoritas dan dasar yang unik dari manusia.
Kaki memiliki arti mendalam berkaitan hubungan antara manusia dan bumi.
(ditulis kembali setelah membaca "Culture is the Body" nya Tadashi Suzuki)