Source: https://archive.org/stream/theatrearts01newyuoft#page/n59/mode/2up |
Istilah “stilisasi” sering ditemukan
dalam buku-buku dan berbagai esai tentang teater, tetapi belum ada definisi pasti
untuk menentukan makna kata itu. Alasannya mungkin adalah masalah stilisasi selalu
berhubungan dengan visi dan wilayah kreatif individu si seniman.
Stilisasi dalam teater bisa disamakan
dengan “style” dalam karya sastra,
atau “interpretasi” dalam musik. Ini adalah ciri pribadi yang unik dan khusus dari
seorang sutradara dalam memprduksi sebuah lakon yang berbeda dengan cara sutradara
lain.
Ketika istilah stilisasi digunakan di AS,
maka istilah tersebut biasanya sebatas pada penggambaran setting. Ini menjadi
sebuah pembatasan kata yang tidak beralasan dan tidak menguntungkan. Stilisasi
seyogyanya menyatakan sebuah kesatuan, keseluruhan mood atau nada yang direngkuh, yang berjalan melalui setiap bagian
tahapan kerja sutradara. Stilisasi mengikat lakon, acting, pemanggungan dalam satu atmosfer, dan menghadirkan sebuah
kesan. dari pengertian stilisasi semacam ini muncul perbedaan kualitas dari
sudut pandang produksi teater, yaitu teater komersial kebanyakan atau produksi
amatir. Hal itu juga menjadi ukuran visi artistik di mana produser memaknai
sebuah lakon secara mendalam dan mereflesikan melalui acting, lighting dan setting.
Sayang sekali kualitas sebuah lakon yang
distilisasi sekadang berlalu begitu bersama usainya pertunjukan. Kecuali lensa
kamera bisa mengabadikan beberapa bagian seperti bentuk setting atau permainan
kelompok. Sebuah contoh bagus dari stilisasi
ini terdapat pada illustrasi yang ditampilkan pada di halaman ini. Gambar ini
indah dan unik karena ini menunjukkan bagaimana seorang sutradara mengambil
mood kemegahan sekaligus kesederhanaan dari lakon Macbeth karya Shakespeare.
(Dicuplik
dari artikel di Theater Arts Magazine, Volume 1 Nomor, tanaggal 2 Februari 1917)