William Shakespeare |
Wabah
penyakit menyebar di Inggris pada tahun 1606. Banyaknya kematian akibat wabah
itu menyebabkan penutupan gedung-gedung pertunjukan teater. Bencana memberi
dampak buruk pada William Shakespeare, tetapi sekaligus memicu perubahan karir
profesionalnya. Shakespeare lolos dari wabah yang mengubah dunia teater yang ia
geluti.
James
Shapiro menuliskan kembali kisah Shakespeare dan wabah di London itu dengan
judul How Shakespeare’s great escape from the plague changed theatre. Tulisan
itu dimuat di The Guardian terbitan 24 September 2015.
The
King's Men, grup teater milik William Shakespeare menurunkan bendera mereka di gedung
teater Globe di London. Hal itu dilakukan bersamaan dengan pengelola gedung
pertunjukan tempat lakon-lakon Shakespeare biasa dimainkan. Peritiwa itu
terjadi menyusul wabah penyakit muncul di Inggris. Dua tahun sebelumnya wabah
serupa berjangkit di London dan telah merenggut jiwa lebih dari 30.000 warga
London. Oleh karena itu, Dewan Penasihat Kota (DPK) memutuskan bahwa semua bentuk
tontonan harus berhenti. Itu adalah keputusan terakhir setelah DPK mendapati jumlah
mereka yang meninggal dunia meningkat setiap minggu. Mereka menemukan bahwa
korban jiwa berada pada angka "di atas jumlah 30" setiap minggu.
Semula
ada kelonggaran berkait keputusan itu. Grup-grup sandiwara sekadang masih
melakukan pertunjukan karena alasan kebutuhan nafkah. Pembengkokan aturan itu mereka
lakukan ketika wabah kematian merosot di bawah angka 40 setiap minggu. Catatan DPK
berkait keadaan masa itu telah hilang dalam kebakaran pada tahun 1618, sehingga
kita tidak akan pernah tahu persis pada angka berapa tepatnya yang menjadi
penentu penutupan. Tetapi pada akhir Juli 1606, jumlah korban jiwa wabah yang
mematikan jauh di atas angka itu dan angka cenderung meningkat dari minggu ke
minggu. Akhirnya semua tontonan berhenti, setidaknya selama musim panas.
Gejala-gejala
wabah penyakit itu mengerikan: demam, denyut nadi yang berdetak kencang dan
sesak napas, rasa sakit di punggung dan kaki, tenggorokan kering dan kehilangan
keseimbangan. Bahkan sebagian orang juga menderita “sakit kepala hebat disertai
perasaan berat, kecemasan, dan kesedihan”. Buboes
– benjolan karena pembengkakan keras kelenjar getah bening - akan muncul di
pangkal paha, ketiak atau leher. Jika benjoan itu pecah, maka penderita
mengalami rasa sakit yang luar biasa. Kemudian penderita mengalami kesulitan
berbicara. Jika keadaan makin parah, maka penderita akan mengigau sebelum ia
mengalami gagal jantung pada akhirnya. Para korban berusia 10 hingga 35 tahun.
Wabah
penyakit menular pernah menjadi ancaman pada seluruh warga London termasuk
Shakespeare. Di sisi lain, bencana ini juga menjadi ruang pertumbuhan kreatif
penulis kondang abad ke-16 ini. Peneliti sejarah drama menyebut bahwa wabah itu
mengilhami William Shakespeare ketika ia menulis karya mulai dari Romeo
dan Juliet hingga Macbeth. Ben Cohen menuliskan
sekelumit kisah itu dalam tulisannya berjudul The Infectious Pestilence Did
Reign yang dimuat di Slate
10 Maret 2020.
Cohen
mengawali tulisannya dengan sebagian kisah kelahiran Shakespeare. Cohen
memberitahukan William Shekespeare sendiri lahir saat wabah penyakit menular
melanda Inggris tahun 1564. Wabah itu melenyapkan sebagian besar penduduk.
Siapa yang hidup dan yang mati tampaknya adalah masalah keberuntungan saat itu.
Wabah itu menyerang hingga melenyapkan banyak keluarga. Termasuk sebuah
keluarga yang tinggal di jalan bernama Henley Street. Di sana, pasangan muda sudah
kehilangan dua anak karena gelombang wabah sebelumnya. Kini, mereka harus
menjaga putra mereka yang baru lahir berusia 3 bulan ketika itu. Mereka
mengunci pintu dan jendela rapat-rapat untuk mencegah wabah datang menyerang
rumah mereka lagi. Mereka belajar dari pengalaman malang mereka sebelumnya bahwa
bayi sangat rentan terhadap penyakit mengerikan ini. Hingga keajaiban terjadi, karena
saat wabah terjadi kota kecil bernama Stratford-upon-Avon tempat tinggal mereka,
bayi mereka selamat. Akhirnya, pasangan
itu menghela napas lega bahwa anak laki-laki mereka masih hidup. Nama anak
lelaki itu adalah William Shakespeare.
Apakah
sejarah kelahiran Shakespeare yang akrab dengan wabah ini membuat ia bisa
mengatasi bencana wabah dalam perjalanan kreatifnya? Ada jawaban bersifat spekulasi
atas pertanyaan tersebut. Ada kemungkinan bahwa Shakespeare memiliki kekebalan
terhadap wabah karena ia pernah terpapar wabah saat masih bayi. Tetapi yang
jelas wabah menjadi senjata rahasia Shakespeare. Dia tidak mengabaikannya. Dia memperoleh
kesempatan dari situasi itu.
Hal
unik terjadi saat wabah membuat gedung-gedung pertunjukan di London tutup, Keadaan
itu memaksa grup teater Shakespeare, The King's Men, untuk berpikir kreatif dalam
menciptakan kemasan pertunjukan. The King’s Men melakukan pentas keliling ke daerah-daerah
kecil di Inggris. Mereka mencari tempat perhentian di kota-kota kecil yang
belum terserang wabah. Pada saat itu juga Shakespeare menemukan banyak waktu
yang lebih baik untuk menulis. "Ini berarti hari-harinya bebas, untuk
pertama kalinya sejak awal 1590-an, termasuk juga untuk berkolaborasi dengan
penulis naskah lain," tulis Shapiro dalam bukunya The Year of Lear: Shakespeare
pada 1606.
Wabah dii London |
Shakespeare
juga melahirkan lakon-lakon Raja Lear, Macbeth, dan Antony
dan Cleopatra pada masa sulit itu. Shapiro menyebut karya-karya itu
sebagai tiga lakon tragedi yang sangat luar biasa. Penulis biografi Shakespeare itu juga berkata,
“Kita tahu lebih banyak tentang bagaimana wabah (pes) 1606 mengubah kontur
kehidupan profesional Shakespeare, merombak dan menghidupkan kembali grup, merubah
strategi persaingan (dengan grup lain), mengubah komposisi penonton siapa yang
akan jadi target tulisannya (jenis drama apa yang ia harus tulis), dan
memungkinkannya untuk berkolaborasi dengan musisi dan penulis naskah yang
berbakat lain."
Cohen
menambahkan bahwa Shakespeare bukan penulis metronomic
(mekanis seperti robot). Dia memiliki keluasan imajinasi. Dia menulis secara
mengalir dan hal yang mengalir itu berasal pada kekuatan di luar kendalinya. Shakespeare
mampu mengubah periode pergolakan yang hebat dalam masyarakat (wabah) menjadi
sesuatu yang sama sekali berbeda: rentetan kesuksesan yang tak terduga dalam sejarah.
(ye)