Tip-tip
berikut tidak hanya untuk aktor kawakan atau pemula. Bahkan Anda tidak biasa tampil di panggung atau di depan
kamera pun bisa menerapkannya. Beberapa aturan untuk acting yang sukses
(berdasar tehnik Practical Aesthetics) ini bisa diterapkan untuk meraih
kehidupan yang sukses.
Photo by Andrei Lazarev on Unsplash |
1. Melampaui kesadaran diri dengan
berkonsentrasi pada orang lain
Dalam
berbagai tingkatan, semua manusia memiliki kecenderungan memikirkan diri
sendiri. Jika kita terlalu asyik pada diri sendiri dan kita hanya fokus pada apa
yang orang lain pikirkan tentang kita, maka hal itu bisa mengakibatkan
kejengkelan hingga kecemasan yang melumpuhkan. Salah satu aturan dalam seni
peran (acting) adalah melepaskan
kesadaran diri (self-consciousness)
yang mengarah pada perhatian pada diri sendiri. Acting buruk sering terjadi karena
aktor tenggelam dalam self-consciousness.
Kita bisa mengenali aktor yang hanya peduli dengan penampilan atau ia hanya memamerkan
vokalnya. Hal tersebut mengasingkan aktor dari penonton dan aktor kehilangan
kredibilitas.
Aktor
dapat menghindari jebakan itu dengan jalan ia mengalihkan perhatian pada hal
lain. Sebaiknya ia merespon apa yang dia lihat dan fokus pada reaksi rekan
main. Sekadang aktor sering lupa bahwa dia sedang acting dengan jalan ia
meletakkan semua fokus pada orang lain. Tujuan aktor di atas panggung tercapai,
jika ia merespon orang-orang sekitar.
Jika
kita sedang melakukan pitching
(pengajuan ide) pada klien dalam sebuah pertemuan atau kita membujuk seorang
teman, maka kita harus konsentrasi penuh pada orang lain dan kita memperhatikan
respon mereka. Hal demikian akan membuat kita tampak lebih baik daripada fokus
pada diri sendiri.
2. Fokus pada apa yang Anda bisa
kendali, bukan apa yang Anda tidak bisa kendali.
Sekadang
orang tidak bisa mengedalikan emosi, tetapi dia bisa mengendalikan tindakan.
Meskipun kita khawatir apakah kita bisa atau tidak melakukan pekerjaan saat magang
kerja atau bekerja, tetapi kita bisa fokus dengan segala usaha yang kita
terapkan. Meskipun para eksekutif tidak dapat mengendalikan perilaku para
karyawannya, mereka dapat menetapkan sebuah contoh bagus dan merawat sebuah
lingkungan yang baik.
Dalam
kelas, Scott Zigler selalu menekankan bahwa “indikasi” adalah sebuah tanda
acting buruk. Dalam menyaksikan sebuah pertunjukan, kita bisa sangat mudah mengenali
apakah aktor benar-benar marah atau hanya berusaha bertindak marah (“indikasi”
marah). Untuk menghindari hal ini, aktor butuh melepaskan diri sendiri dari
pikiran bahwa dia membutuhkan melakukan sebuah emosi tertentu. Dia tidak bisa
mengendalikan reaksi emosi dan mengatakan pada diri sendiri sendiri bahwa ia
“merasa” marah. Hal ini akan terlihat seperti kepura-puraan. Namun, tindakan
yang dia ambil dan cara dia merespon pada berbagai karakter (tokoh) ada dalam
kendalinya. Hal ini bukan usaha untuk tampil marah, tetapi tindakan dan fokus
dia pada karakter (tokoh) di mana dia berinteraksi yang akan menyebabkan dia
marah.
3. Temukan hal simpatik tentang tokoh
jahat
Sangat
perlu untuk memainkan peran tokoh jahat dengan sukses. Jika Anda memerankan
tokoh jahat dalam sebuah lakon, maka sangat menarik jika Anda bisa menemukan
sesuatu yang simpatik tentang tokoh Anda. Adalah tidak mungkin memainkan sebuah
karakter jika Anda hanya melabelinya sebagai orang gila atau jahat. Sebaliknya,
Anda harus terhubung dengan karakter yang Anda mainkan dari sudut pandang tokoh
itu. Tokoh yang dianggap jahat itu percaya bahwa tindakan-tindakan mereka benar.
Bahkan mereka bisa tidak menyadari bahwa mereka salah. Hitler mengira bahwa ia
menyelamatkan Jerman.
Photo by Francesco Ungaro from Pexels |
4. Bukan apa kata Anda, tetapi bagaimana
Anda mengatakannya
Saya
sering menjadi frustasi selama latihan ketika saya merasa bahwa dialog pada
naskah aneh atau di luar tokoh. Bagaimanapun, aktor yang baik tidak bergantung
dan mengandalkan kata-kata dalam naskah. Dialog dalam naskah hanya sarana seorang
tokoh mencapai tujuan. Kata-kata tidak sepenting nada suara, perubahan suara,
dan bahasa tubuh. Kata-kata “aku cinta
padamu,” dapat digunakan pada seseorang dengan makna: “Saya peduli padamu,” atau “Aku
berusaha membawamu keluar dari kamar”. Manusia bisa mendeteksi tanda-tanda
emosi sekecil apapun –dari suara yang menunjukkan kekhawatiran hingga kecemasan
dari pola bernafas seseorang. Kita jangan sampai dikekang oleh naskah, tetapi
kita harus menyadari pesan-pesan –tersembunyi di balik kata-kata yang ada.
Sumber: https://www.huffpost.com/entry/acting-for-stage-is-actin_b_2846846