Dramatic reading
pada dasarnya adalah penyampaian tafsir karya seorang pengarang pada pemirsa
yang dilakukan dengan membaca dan bukan menghafal. Seorang pembaca
mengkomunikasikan makna yang disertai emosi pada pemirsa. Semua itu dilakukan
tanpa properti, kostum, tata cahaya, tata suara atau perangkat pendukung
pementasan lain. Pembaca mengasumsikan identitas seorang tokoh dan ia memotret
aspek-aspek dramatik, seperti fisik dan emosi tokoh bersangkutan dan suasana.
Penyajian
sebisa mungkin menghindari penggunaan sound
FX atau musik eksternal kecuali sangat dibutuhkan pada bagian-bagian
tertentu. Jika ada beberapa tokoh dalam sebuah naskah, maka bisa ditunjukkan
oleh perubahan suara, gesture, dan
postur untuk masing-masing tokoh. Selain itu perlu diingat bahwa jika ada lebih
dari satu pembaca, maka tidak ada kontak fisik dan mata dalam sebuah lakon.
Penafsiran
pembacaan mulai dengan sebuah pemahaman bahan-bahan secara baik.
Pembaca
perlu melakukan analisa dan study
terhadap karya yang ia sudah pilih. Pembaca terus menggali pemikiran apa yang
terkandung dalam karya itu. Barulah pembaca bisa mengambil kesimpulan tema dari
keseluruhan isi karya itu atau hal dominan apa yang ingin pembaca sampaikan.
Pembaca mencoba membayangkan dan memvisualkan setiap kata sehingga semua itu
membantu pembaca mengkaitkan pengalaman dan karya yang dibaca.
Pambaca
perlu memikirkan apa yang akan menjadi pembuka penyajian. Pembukaan yang baik bertujuan untuk meraih perhatian
pemirsa, membangun panggung untuk pembacaan dan point of view, konteks cerita dan lain sebagainya. Pembaca juga
harus menjelaskan pilihan karya yang diambil, judul, dan siapa pengarangnya.
Bahkan jika perlu pembaca menjelaskan konteks dan peran setiap tokoh. Pembaca
juga tidak lupa membangun transisi yang baik antara bagian (babak) satu dengan
yang lain.
Foto: https://www.kotajogja.com/6034/dramatic-reading-teater-gandrik-orde-tabung/ |
Pembaca
yang baik harus memiliki disiplin latihan yang baik. Pembaca melakukan
pembacaan karya secara keras untuk kelancaran dan kesinambungan isi cerita.
Pembaca bisa menjaga pikiran dan perasaan demi mempertahakan keutuhan cerita.
Bila perlu pembaca menghadirkan penonton (walau sedikit) saat dia melakukan
latihan membaca cerita.
Suara adalah modal penting bagi seorang pembaca.
Ia menciptakan sebuah atmosfer atau konteks cerita dengan suaranya. Agar
pembaca membaca naskah secara ekspresif, maka ia menggunakan beragam perangkat
vokal. Ia menciptakan perbedaan berbagai karakter, perkembangan aksi, dan
indikasi emosi dengan vokal berkualitas. Oleh karena itu, irama, langkah, dan nada
termasuk pause dan spasi yang efektif
untuk kata-kata perlu menjadi perhatian.(ye)